Senin, 18 April 2016

Lika-Liku Komik Indie : Selalu Menjadi Solusi Alternatif?


Bila menengok kondisi perkomikan lokal pada periode 1990-an, kita akan menemukan fakta bahwa komik lokal pernah melalui masa yang amat sulit. Kala itu, toko buku besar menjadi jalur distribusi yang difavoritkan pembeli buku. Oleh karenanya, tidak aneh bila menerbitkan komik lewat jalur penerbit, yang kemudian dijual lewat toko buku tersebut menjadi pilihan utama sebagian penulis. Sayangnya, dengan alasan lebih menguntungkan secara komersial, penerbit justru lebih tertarik menerbitkan komik Jepang terjemahan yang merupakan primadona di kalangan anak muda saat itu. Ketidakmampuan komik lokal bersaing dan menembus distribusi toko buku besar membuatnya tenggelam secara perlahan. Bahkan, taman bacaan yang biasa menjadi jalur distribusinya selama puluhan tahun pun menghilang satu demi satu.

Minggu, 03 April 2016

Perbudakan di Batavia pada Abad 17 dalam Sebuah Komik (Review Komik Roseta)

Apa syarat agar sebuah komik berkesan di hati pembaca? Menurut saya, tak ada jawaban yang benar-benar pasti. Hati adalah wilayah yang terlampau sukar untuk dijamah logika. Sampai sekarang, belum ditemukan jawaban jitu bila muncul pertanyaan yang menyenggol urusan hati. Meski tidak melulu tepat, menurut saya, ada satu metode berkomik yang biasanya sukses mencapai hati pembaca.

Tidak lain dan tidak bukan, komik mesti dibuat dengan sungguh-sungguh. Tidak sekedar memakai teknik gambar dan bercerita yang baik, tapi sang pengkarya juga kudu menguasai materi setelah melalui riset mumpuni. Berkenaan dengan itu, bagi saya, ada satu komik yang tercipta dengan metode demikian dan sukses memberi kesan yang mendalam, yaitu Roseta karya Man.