Jujur aja, gue emang bukan orang yang benar-benar aktif dan update dalam dunia stand up comedy. Gue baru
beberapa kali nonton stand up comedy show
dan open mic waktu kuliah yang menurut gue cukup bagus, tapi belum ada yang benar-benar membuat gue terkesan.
Namun, gue baru dibuat takjub oleh pertunjukan stand up comedy David
Nurbianto bertajuk Rupa Rupa Jakarta. Pertunjukan ini diadakan di Amplitheater Setu Babakan pada 17
September 2016. Pada awalnya, gue sempet ngedumel karena open gate lumayan ngaret. Pada poster publikasi tertera bahwa open gate dilaksanakan pada pukul 18.30.
Namun, ternyata penonton baru bisa masuk area sekitar hampir pukul 20.00.
Nih, Poster Publikasinya.
Syukurlah, penantian
tidak berujung sia-sia. Bila pada umumnya stand
up comedy show hanya menampilkan opener
dan bintang utama, Bang David justru tampil dengan bawa pasukan. Pertunjukan
dibuka dengan atraksi palang pintu yang diiringi gambang kromong yang disusul
dengan musik rap Betawi dari Bang Kojek dan tari-tarian dari Sanggar Abang
None. Duuh, mana enengnya yang pake baju kuning caem bener lagi. Gue ampe ilang
fokus ama penari lain, maap ya, hehehe. Selanjutnya, pertunjukan dilanjutkan
dengan opener dari Anto Bangor. Setelahnya, masuklah kita pada bagian utama, stand up comedy dari David Nurbianto. Saat
baru masuk panggung, Bang David minta maaf atas keterlambatan lantaran
persiapan yang butuh waktu cukup lama. Melihat jumlah pasukan yang dibawa,
emang wajar sih pertunjukan bakal terlambat. Lagipula Bang David sudah minta
maaf dengan penuh kerendahan hati. Masak kagak dikasih maaf sih, ye enggak?
Satu-Satunya Dokumentasi yang Berhasil Gue Abadikan Berhubung Batre HP Sekarat
Hal yang paling membuat
terkesan justru terjadi saat hujan turun dengan lebat yang membuat penonton
kelabakan kocar kacir mencari tempat berteduh. Bang David yang pada awalnya
bertahan di panggung pun akhirnya memilih mundur. Di saat mood gue jadi down
gara-gara pertunjukan berhenti (dan mungkin mood
penonton yang lain juga sama), Bang Kojek naik ke panggung yang masih diguyur
hujan tanpa memakai payung untuk meminta penonton untuk tetap tenang dan
berjanji pertunjukan hanya tertunda dan akan segera dilanjutkan kembali. Tidak
hanya Bang Kojek, panitia lain juga menghambur ke arah penonton untuk melakukan
hal yang sama, menenangkan dan menjaga perasaan penonton agar tidak gelisah.
Tidak lama kemudian, hujan mulai reda. Para panitia dengan sigap segera
bergerak ke tempat duduk amplitheater untuk membersihkannya dari genangan air.
Setelahnya, panitia juga membentangkan terpal dan menyilakan penonton untuk
masuk ke bawah terpal yang mereka pegangi sendiri karena pertunjukan akan
dilanjutkan kembali. Benar-benar heroik. Gue sempat kaget saat menyadari bahwa
salah seorang panitia yang turut memegangi terpal adalah Yudha Keling, salah
seorang komika yang cukup ternama saat ini. Mengingat statusnya, gue jadi
beneran respek sama itu orang yang mau repot bantu-bantu jadi panitia. Gak cuma
Yudha Keling, gue juga salut pada panitia lain yang kerjanya sangat sigap demi
jalannya acara. Jempol dah, pokoknya!
Pertunjukan pun dimulai
kembali dengan sketsa komedi ala lenong yang dibawakan oleh Bang David, Dicky,
Afif, dan ncangnya Bang David (gak tau itu ncang beneran apa bukan, haha). Meski
pertunjukan sempat kacau, tapi para penampil menunjukan performa terbaiknya.
Gue kembali kagum saat tiga komika ini memperlihatkan ketrampilan mereka
bersilat di pertengahan cerita (Ya, termasuk Dicky yang gayanya rada melambai
kalo di tipi, ternyata doi jantan punya, Coy!) meski lantai panggung licin dan
membuat Bang David serta Dicky kepleset serta celana Afif sobek saat bersilat.
Bila dilihat dari skill melawak, mungkin Afif belum semaksimal Bang David dan
Dicky, namun pada pertunjukan inilah Afif memperlihatkan profesionalitasnya
sebagai seorang penampil. Dia tetap meneruskan pertunjukan meski sobek di
celananya cukup lebar. Salut gue ama lo, Fif. Mudah-mudahan karir lo lancar.
Seperti judulnya,
Rupa-Rupa Jakarta adalah curhatnya Bang David mengenai segala macam
keresahannya atas kampung halamannya. Secara cerdas dan halus, doi mampu
menyampaikan persoalan mengenai kesadaran identitas, macet, bahkan reklamasi
dalam balutan komedi yang tetap santun dan rapi. Pertunjukan ditutup oleh
penampilan kembali Bang Kojek yang diiringi dengan kembang api. Secara pribadi
gue benar-benar puas dan kagum, bukan hanya oleh pertunjukannya, melainkan juga
kinerja seluruh tim baik panitia maupun penampil yang solid meski mereka
ditimpa musibah tidak terduga. Sebagai penutup tulisan, perlu gue sampaikan
bahwa keuntungan dari penjualan tiket disumbangkan untuk pembangunan Museum
Betawi Setu Babakan sebagai bentuk kepedulian mereka akan kelestarian
kebudayaan Betawi dan tim yang bekerja benar-benar tidak dibayar. So, berasa
banget kalo mereka bekerja dengan hati. Semoga Bang David dan pasukannya selalu
sukses dan bertambah terus anak muda yang peduli dengan budayanya.
Sukses Terus ya, Bang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar