Minggu, 18 September 2016

Rupa Rupa Jakarta. Meski Hujan, Semangat Jalan Terus!

Jujur aja, gue emang bukan orang yang benar-benar aktif dan update dalam dunia stand up comedy. Gue baru beberapa kali nonton stand up comedy show dan open mic waktu kuliah yang menurut gue cukup bagus, tapi belum ada yang benar-benar membuat gue terkesan. Namun, gue baru dibuat takjub oleh pertunjukan stand up comedy David Nurbianto bertajuk Rupa Rupa Jakarta. Pertunjukan ini diadakan di Amplitheater Setu Babakan pada 17 September 2016. Pada awalnya, gue sempet ngedumel karena open gate lumayan ngaret. Pada poster publikasi tertera bahwa open gate dilaksanakan pada pukul 18.30. Namun, ternyata penonton baru bisa masuk area sekitar hampir pukul 20.00.

Nih, Poster Publikasinya.


Syukurlah, penantian tidak berujung sia-sia. Bila pada umumnya stand up comedy show hanya menampilkan opener dan bintang utama, Bang David justru tampil dengan bawa pasukan. Pertunjukan dibuka dengan atraksi palang pintu yang diiringi gambang kromong yang disusul dengan musik rap Betawi dari Bang Kojek dan tari-tarian dari Sanggar Abang None. Duuh, mana enengnya yang pake baju kuning caem bener lagi. Gue ampe ilang fokus ama penari lain, maap ya, hehehe. Selanjutnya, pertunjukan dilanjutkan dengan opener dari Anto Bangor. Setelahnya, masuklah kita pada bagian utama, stand up comedy dari David Nurbianto. Saat baru masuk panggung, Bang David minta maaf atas keterlambatan lantaran persiapan yang butuh waktu cukup lama. Melihat jumlah pasukan yang dibawa, emang wajar sih pertunjukan bakal terlambat. Lagipula Bang David sudah minta maaf dengan penuh kerendahan hati. Masak kagak dikasih maaf sih, ye enggak?

Satu-Satunya Dokumentasi yang Berhasil Gue Abadikan Berhubung Batre HP Sekarat

Hal yang paling membuat terkesan justru terjadi saat hujan turun dengan lebat yang membuat penonton kelabakan kocar kacir mencari tempat berteduh. Bang David yang pada awalnya bertahan di panggung pun akhirnya memilih mundur. Di saat mood gue jadi down gara-gara pertunjukan berhenti (dan mungkin mood penonton yang lain juga sama), Bang Kojek naik ke panggung yang masih diguyur hujan tanpa memakai payung untuk meminta penonton untuk tetap tenang dan berjanji pertunjukan hanya tertunda dan akan segera dilanjutkan kembali. Tidak hanya Bang Kojek, panitia lain juga menghambur ke arah penonton untuk melakukan hal yang sama, menenangkan dan menjaga perasaan penonton agar tidak gelisah. Tidak lama kemudian, hujan mulai reda. Para panitia dengan sigap segera bergerak ke tempat duduk amplitheater untuk membersihkannya dari genangan air. Setelahnya, panitia juga membentangkan terpal dan menyilakan penonton untuk masuk ke bawah terpal yang mereka pegangi sendiri karena pertunjukan akan dilanjutkan kembali. Benar-benar heroik. Gue sempat kaget saat menyadari bahwa salah seorang panitia yang turut memegangi terpal adalah Yudha Keling, salah seorang komika yang cukup ternama saat ini. Mengingat statusnya, gue jadi beneran respek sama itu orang yang mau repot bantu-bantu jadi panitia. Gak cuma Yudha Keling, gue juga salut pada panitia lain yang kerjanya sangat sigap demi jalannya acara. Jempol dah, pokoknya!
Pertunjukan pun dimulai kembali dengan sketsa komedi ala lenong yang dibawakan oleh Bang David, Dicky, Afif, dan ncangnya Bang David (gak tau itu ncang beneran apa bukan, haha). Meski pertunjukan sempat kacau, tapi para penampil menunjukan performa terbaiknya. Gue kembali kagum saat tiga komika ini memperlihatkan ketrampilan mereka bersilat di pertengahan cerita (Ya, termasuk Dicky yang gayanya rada melambai kalo di tipi, ternyata doi jantan punya, Coy!) meski lantai panggung licin dan membuat Bang David serta Dicky kepleset serta celana Afif sobek saat bersilat. Bila dilihat dari skill melawak, mungkin Afif belum semaksimal Bang David dan Dicky, namun pada pertunjukan inilah Afif memperlihatkan profesionalitasnya sebagai seorang penampil. Dia tetap meneruskan pertunjukan meski sobek di celananya cukup lebar. Salut gue ama lo, Fif. Mudah-mudahan karir lo lancar.
Seperti judulnya, Rupa-Rupa Jakarta adalah curhatnya Bang David mengenai segala macam keresahannya atas kampung halamannya. Secara cerdas dan halus, doi mampu menyampaikan persoalan mengenai kesadaran identitas, macet, bahkan reklamasi dalam balutan komedi yang tetap santun dan rapi. Pertunjukan ditutup oleh penampilan kembali Bang Kojek yang diiringi dengan kembang api. Secara pribadi gue benar-benar puas dan kagum, bukan hanya oleh pertunjukannya, melainkan juga kinerja seluruh tim baik panitia maupun penampil yang solid meski mereka ditimpa musibah tidak terduga. Sebagai penutup tulisan, perlu gue sampaikan bahwa keuntungan dari penjualan tiket disumbangkan untuk pembangunan Museum Betawi Setu Babakan sebagai bentuk kepedulian mereka akan kelestarian kebudayaan Betawi dan tim yang bekerja benar-benar tidak dibayar. So, berasa banget kalo mereka bekerja dengan hati. Semoga Bang David dan pasukannya selalu sukses dan bertambah terus anak muda yang peduli dengan budayanya.


Sukses Terus ya, Bang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar