Bila
ditanya mengenai komikus pertama di Indonesia, siapa tokoh yang berada di
benak teman-teman?
Secara
umum, biasanya orang akan mengambil tokoh yang paling berpengaruh di
bidang tersebut. Pada bidang komik, boleh jadi nama yang lantas tercetus sebagai
komikus pertama di Indonesia adalah RA Kosasih. Tidak bisa dipungkiri, beliau
adalah salah seorang komikus generasi awal yang telah melahirkan banyak komikus baru yang terinspirasi dari buah karyanya. Di antara karya-karyanya yang melegenda adalah serial
komik wayang terbit sejak tahun 1955 dan terus dicetak ulang
hingga saat ini. Saking melegendanya RA Kosasih, nama beliau bisa disejajarkan
dengan Will Eisner dan Osamu Tezuka sebagai komikus paling berpengaruh yang
namanya diabadikan sebagai penghargaan paling bergengsi untuk komik di tanah
kelahiran masing-masing.[1]
Namun,
meski memberi sumbangsih yang besar dalam dunia perkomikan, RA Kosasih tetap
tidak bisa dikatakan sebagai komikus pertama di Indonesia. Komik pertama yang
dibuat oleh RA Kosasih adalah Sri Asih,
serial superhero wanita yang diterbitkan pada 1954 oleh penerbit Melodie di
Bandung. Sebelum tahun 1954, rupanya orang Indonesia sudah mengenal budaya membaca
komik strip pada surat kabar. Adalah Put
On, komik strip karya Kho Wang Gie, komikus keturunan Tionghoa sudah lebih dahulu terbit sejak tahun 1931 lewat harian Sin Po di Jakarta. Put On
bercerita mengenai tingkah laku seorang gendut yang bodoh dan selalu bernasib
malang. Pada masanya, Put On amat
terkenal dan sukses sebagai komik yang lucu dan menghibur. Saking terkenalnya, nama Put On bahkan sering digunakan untuk mengejek orang yang bertubuh gendut dan berperangai
bodoh.
Komik Put On
Di
sisi lain, ada pendapat bahwa Kho Wang Gie bukan komikus pertama di Indonesia mengingat saat Put On diterbitkan, negara ini belum memproklamasikan kemerdekaannya. Oleh karena itu, pendapat
tersebut lebih mendukung bahwa orang yang lebih tepat untuk dinisbatkan sebagai
komikus pertama adalah Abdulsalam dengan karyanya Kisah Pendudukan Jogja yang diciptakan pada tahun 1952. Kisah Pendudukan Jogja adalah komik yang
sangat unik. Komik tersebut bercerita mengenai perjuangan para patriot
Indonesia dalam merebut ibukota dari tangan Belanda saat terjadi agresi militer pada rentang waktu 19 Desember
1948 hingga 29 Juni 1949. Komik tersebut dibuat Abdulsalam
berdasarkan pengalamannya sendiri melihat langsung dan terlibat dalam pertempuran. Dengan penuh semangat, sebagai saksi sekaligus pelaku sejarah, Abdulsalam berhasil melukiskan
komik tersebut dengan amat akurat, mulai dari cara berpakaian pejuang hingga
semua mesin perang yang digunakan dalam pertempuran. Oleh karena usahanya
mengabadikan peristiwa bersejarah tersebut dalam bentuk komik agar tidak lekang
melintas zaman, Abdulsalam bisa disebut sebagai pejuang yang turut berperang
menggunakan senjata berupa alat gambar.
Komik Kisah Pendudukan Jogja
Terlepas
dari siapa yang lebih pantas termaktub dalam sejarah sebagai komikus pertama di
Indonesia, baik Kho Wang Gie maupun Abdulsalam telah melakukan perannya
masing-masing dalam belantara komik Indonesia. Sebagai generasi pewaris yang
hidup di masa kini, sudah sebaiknya kita melanjutkan pembangunan pondasi komik
nasional yang telah dibangun oleh generasi pendahulu kita di masa lalu. Baik
menggunakan metode komik strip yang lucu dan menghibur ala Kho Wang Gie, menggambarkan
sejarah nasional seperti Abdulsalam, mengulik budaya lokal sesuai cara RA
Kosasih, atau cara-cara lain sesuai dengan minat dan kondisi zaman.
Setuju,
kawan?
Sumber tulisan :
Bonneff,
Marcel. 1998. Komik Indonesia. Jakarta.
Kepustakaan Populer Gramedia.
Hermanu.
2011. "Perjalanan Abdulsalam". Merdeka! hal,11-25. Bentara Budaya
Yogyakarta.
[1]
Will Eisner Award adalah penghargaan komik di Amerika, sementara Tezuka Award
adalah penghargaan komik di Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar