Selasa, 16 Agustus 2016

Perayaan Cinta Om Kacamata

Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, di salah satu sudut kota Bandung. Tampak seorang gadis yang tengah gelisah bukan buatan. Malam itu, singgasana hati gadis berusia sembilas belas tahun ini amat kacau tak terkendali. Dahinya berkerut, tangannya memeluk bantal untuk menutupi wajahnya yang tampak gusar, tubuhnya bermandikan peluh meski cuaca malam di kota kembang itu cukup dingin. Dalam kegalauannya, tidak henti-hentinya dia meracau seraya bertanya pada dirinya sendiri.
“Rasa apa yang aku alami ini? Gembira yang meluap-luap melebur dan larut menjadi satu bersama ragu dan takut dalam waktu bersamaan. Duh Gusti, dosa apa aku hingga harus mengalami siksaan seperti ini.”
Yuke, demikian nama panggilan gadis manis itu. Secara mendadak, dia harus mengalami nestapa yang membuatnya benar-benar bingung bukan kepalang. Ibunya yang berada di ambang pintu mulai tidak sabar menunggu.
“Bagaimana?”
“Tapi Yuke takut, Mami.”