Kamis, 06 September 2018

Bagaimana Cara Terbaik Menikmati Unggas Bernama Ayam?


Malam belum terlalu larut. Tetangga yang tinggal di sebelah rumah kami sepertinya masih asyik menonton sinetron di televisi. Sesekali terdengar gelak tawa saat menonton adegan lucu, di waktu yang lain, terdengar isak tangis lantaran menyaksikan adegan mengharukan. Suasana di rumah mereka memang ramai. Beda sekali dengan keluargaku. Saat ini, sepatutnya sebuah keluarga sedang berkumpul bersama untuk menonton televisi atau sekedar berbagi cerita, aku malah memilih untuk membenamkan wajah ke bantal dalam-dalam. Aku bukannya mau tidur. Aku justru melarikan diri lantaran tidak tahan dengan pertengkaran besar bapak dan emak yang mendadak meledak beberapa saat lalu, di waktu sepatutnya kami menikmati makan malam yang riang seperti layaknya keluarga kebanyakan. Aku benar-benar tidak menyangka, saking mengerikannya, aku takut pertengkaran mereka bakal meluluh-lantakkan keutuhan keluarga ini.

“HUWEEEE!!”

Terdengar suara adikku meraung-raung dari ruang tengah. Wajar saja, selama ini kami tidak pernah melihat bapak dan emak bertengkar. Emak yang kami kenal adalah sosok peramah yang murah senyum dan bapak yang terkenal humoris biasanya berusaha tidak kenal henti membuat kami tertawa kendati humornya malah lebih banyak garing ketimbang lucu. Mengingat kebersamaan mereka selama ini, rasanya aku tidak tahan untuk tidak meneteskan air mata. Ukh . . .

Jumat, 11 Mei 2018

Selintas Kenang di Kota Kembang



Sebagai orang yang mudah terbawa perasaan, bagaimanapun bentuknya, saya paling tidak suka dengan perpisahan. Bahkan, meski perpisahan itu sudah direncanakan sematang mungkin. Kendati telah memutuskan Bandung hanya sebagai tempat singgah, segala kenang-kenangan selama satu tahun mendadak membuncah hebat di malam terakhir ini.
Pada awalnya saya memang tidak merencanakan sama sekali untuk merantau ke kota ini. Saat itu saya sedang galau-galaunya lantaran belum memiliki penghasilan yang layak dan hanya mengisi waktu sambil mengajar di bimbingan belajar sambil mengirim lamaran pekerjaan. Sayangnya, beberapa perusahaan yang saya kirimi, seakan enggan memberi jawaban. Meski ada juga yang akhirnya memberi harapan kerja, namun harus kembali kandas dalam tahap wawancara. Sampai pada akhirnya, saya melihat ada lowongan pekerjaan sebagai penulis naskah di Studio Kumata yang mampir di linimasa lewat akun Pia, seorang teman yang sudah terlebih dahulu bekerja di sana. Jadilah saya kembali mengirim lamaran di studio animasi yang terletak di Kota Kembang itu dengan penuh harapan.