Malam belum terlalu larut. Tetangga yang tinggal di sebelah rumah kami sepertinya masih asyik menonton sinetron di televisi.
Sesekali terdengar gelak tawa saat menonton adegan lucu, di waktu yang lain,
terdengar isak tangis lantaran menyaksikan adegan mengharukan. Suasana di rumah mereka
memang ramai. Beda sekali dengan keluargaku. Saat ini, sepatutnya sebuah keluarga sedang
berkumpul bersama untuk menonton televisi atau sekedar berbagi cerita, aku malah memilih untuk membenamkan wajah ke bantal dalam-dalam. Aku bukannya mau tidur. Aku justru
melarikan diri lantaran tidak tahan dengan pertengkaran besar bapak dan emak yang
mendadak meledak beberapa saat lalu, di waktu sepatutnya kami menikmati makan malam yang riang
seperti layaknya keluarga kebanyakan. Aku benar-benar tidak menyangka, saking
mengerikannya, aku takut pertengkaran mereka bakal meluluh-lantakkan keutuhan
keluarga ini.
“HUWEEEE!!”
Terdengar suara adikku
meraung-raung dari ruang tengah. Wajar saja, selama ini kami tidak pernah melihat bapak dan emak bertengkar. Emak yang kami kenal adalah sosok peramah yang
murah senyum dan bapak yang terkenal humoris biasanya berusaha tidak kenal henti membuat kami tertawa
kendati humornya malah lebih banyak garing ketimbang lucu. Mengingat kebersamaan
mereka selama ini, rasanya aku tidak tahan untuk tidak meneteskan air mata. Ukh . . .