Cinta merupakan sebuah
topik yang tidak akan ada habisnya dibicarakan sejak dulu kala. Selama manusia
masih memiliki perasaan dalam hati, cinta akan selalu menjadi tema yang menarik
untuk diangkat menjadi sebuah kary. Baik berupa musik, novel, film, maupun
komik. Hingga kini, sudah banyak sekali komik yang mengangkat cinta sebagai
pembahasaan utama maupun bumbu pemanis cerita. Rasanya, waktu yang ada tak akan
pernah cukup untuk membahas semuanya. Oleh karena itu, tulisan ini hanya akan
membahas sedikit mengenai komik percintaan di Jepang dan Indonesia sesuai
dengan pemahaman penulis saja.
Tulisan tentang apa saja yang pernah bercokol dalam alam pikiran saya. Bila tidak keberatan, silakan dibaca, Bung dan Nona sekalian!
Minggu, 15 Februari 2015
Rabu, 21 Januari 2015
Tentang Bekasi
Entah cuma perasaan saya saja, atau belakangan ini kita kerap memakai standar ganda dalam
menilai sesuatu? Tempo hari, sewaktu Florence Sihombing mengolok-olok Yogyakarta,
kita benar-benar marah dan menghakiminya dengan luar biasa . Kita balas
memaki dia sebagai orang tanpa sopan santun meski berkuliah di
universitas terbaik, kita teror tempat tinggalnya yang alamatnya disebar-luaskan
tanpa ampun di internet. Bahkan, ada LSM dan sekelompok preman yang berniat
mengusir Florence dari Yogyakarta. Sungguh luar biasa pembelaan yang dilakukan. Melihat hukuman sosial
yang dia terima, seolah-olah Florence Sihombing adalah penjahat kelas kakap yang
telah melakukan dosa yang tak termaafkan.
Sayangnya, pembelaan
yang kita lakukan pada Yogyakarta tidak berlaku bagi Bekasi. Entah sejak kapan,
kota kecil yang terdapat di sebelah timur Jakarta itu seakan tidak ada habisnya
untuk menjadi bahan celaan. Saya tidak tahu siapa yang memulai lebih dahulu,
yang pasti, sudah beredar banyak sekali olok-olok dalam bentuk tulisan maupun
gambar mengenai Bekasi yang tidak pantas di internet. Apakah memang segitu
rendahnya nilai Bekasi ketimbang Yogya?
Rabu, 07 Januari 2015
Tentang Penulisan
Semasa SMP, saya pernah
beradu argumen dengan guru bahasa Indonesia sewaktu duduk di bangku kelas 9.
Pasalnya, dia bilang bahwa penulisan yang benar dari kata sholat adalah salat.
Sementara saya bersikukuh bahwa yang benar tetap kata sholat. Sesuai dengan cara lidah kita melafalkannya.
“Bego nih orang.”
Begitu pikir saya saat
itu. Beberapa waktu kemudian, saya baru sadar. Saya yang bego. Memang banyak
kata dalam bahasa arab yang diserap dan disesuaikan dalam bahasa Indonesia.
Seperti kata sholat yang disesuaikan
menjadi salat, kata faham yang
disesuaikan menjadi paham, fikir yang
disesuaikan menjadi pikir, dan masih banyak lagi. Saya memang masih harus
banyak belajar.
Langganan:
Postingan (Atom)