Rabu, 07 Januari 2015

Tentang Penulisan

Semasa SMP, saya pernah beradu argumen dengan guru bahasa Indonesia sewaktu duduk di bangku kelas 9. Pasalnya, dia bilang bahwa penulisan yang benar dari kata sholat adalah salat. Sementara saya bersikukuh bahwa yang benar tetap kata sholat. Sesuai dengan cara lidah kita melafalkannya.
“Bego nih orang.”
Begitu pikir saya saat itu. Beberapa waktu kemudian, saya baru sadar. Saya yang bego. Memang banyak kata dalam bahasa arab yang diserap dan disesuaikan dalam bahasa Indonesia. Seperti kata sholat yang disesuaikan menjadi salat, kata faham yang disesuaikan menjadi paham, fikir yang disesuaikan menjadi pikir, dan masih banyak lagi. Saya memang masih harus banyak belajar.

Saya sadar bahwa kita masih banyak salah kaprah dalam penulisan. Selain penyesuaian kata serapan, kesalahan lain yang kerap dilakukan adalah salah penempatan huruf “f” dan “v” dalam suatu kata. Ada yang menulis festival menjadi festifal, misalnya. Selain itu, ada juga yang tidak mengetahui kata aktif  bila diubah, akan menjadi aktivitas. Bukan aktifitas.
Masalah berbahasa sering dianggap sepele oleh sebagian orang. Banyak yang berpendapat bahwa selama substansi tulisan kita dianggap dapat dimengerti, maka kesalahan dalam penulisan berhak mendapat toleransi. Menurut saya, dalam hal apapun, termasuk penulisan, sebaiknya kita melakukannya dengan benar sesuai aturan yang berlaku.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa kesalahan yang dilakukan berulang-ulang akan dianggap kebenaran. Apabila kita membiasakan menulis secara sembarangan, boleh jadi orang lain akan menganggap hal tersebut adalah perbuatan yang lumrah. Padahal, menulis dengan seenaknya dapat menyebabkan kebingungan pada orang lain yang membacanya. Terutama orang asing yang sedang mempelajari bahasa Indonesia. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa menulis dengan benar adalah bentuk penghormatan terhadap orang lain.  Bukankah hidup dengan saling menghormati itu indah, kawan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar