Minggu, 24 Juli 2016

Mencari Kopi di Bukit Menoreh


Perjalanan super selo ini bermula di suatu sore waktu gue lagi bosen-bosennya dengan rutinitas (baca : scrolling social media). Gak ada angin, gak ada ujan, tiba-tiba gue diajak main secara random sama temen di kampus lewat whatsapp. Karena emang lagi bosen, yaudah, gue ikut aja. Setelah diskusi soal destinasi tujuan barang sejenak, akhirnya pilihan jatuh (gak tau siapa yang jorogin) pada Kedai Kopi Pak Rohmat di Bukit Menoreh, Kulon Progo, setelah sebelumnya gue sempat debat dan rada ngotot buat pergi ke Krakatau biar bisa berburu Moltress.

Karena percaya bahwa waktu paling shahih untuk menikmati kopi adalah pagi hari, kami pun berangkat dengan penuh semangat dan keyakinan teguh (lebay, woi, lebay!) pada pukul 7 pagi dari kota Jogja. Sayangnya, perjalanan tidak semulus yang kami duga sebelumnya, gue sempat curiga kalo perjalanan punya masalah dengan jerawat, sip, garing. Ya, gak ada yang nyangka kalo kenikmatan segelas kopi harus ditebus lewat pertarungan penuh darah dengan para jago silat mematikan yang dijuluki Lidah Api Bukit Menoreh

. . . . .

Ok, serius. Maksudnya, perjalanan ini tidak berjalan dengan mulus gara-gara kami nyasar, hahaha.

Jalan yang dilalui tampak seperti lukisan anak SD baru belajar gambar, cuma kurang matahari doang.

Waktu tempuh yang seharusnya cuma sekitar satu jam terpaksa dilalui sampe lebih dari dua jam. Setelah melewati beberapa halangan, rintangan, ujian dan cobaan yang mungkin bisa membuat Biksu Tong Sam Chong jatuh iba, akhirnya kami pun tiba di Kedai Kopi Pak Rohmat dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. (Sumpah, mata gue sampe berkaca-kaca pas liat spanduk namanya di pinggir jalan!)

Rasanya kayak pengen sujud sukur.

Seperti namanya, Kedai Kopi Pak Rohmat adalah kedai kopi milik Pak Rohmat. (Yaiyalah, masa milik Pak Budi. Lagian Pak Budi ini siapa sih, kok tiba-tiba nongol?) Hal yang menjadi daya tarik utama di kedai ini adalah kopinya yang dijamin masih segar karena diambil langsung dan dipilah sedemikian rupa dari kebun pribadi milik Pak Rohmat. Selain kesegaran kopinya, kedai kopi ini memiliki keunggulan lain berupa lokasi yang berada di lembah yang indah dan dikelilingi alam hijau membuat tempat ini sangat cocok untuk bersantai dan melupakan rutinitas kehidupan yang menjemukan barang sejenak. Gila, jago juga gue promosi. Tapi ini beneran lho. Berani sumpah dah!

Setelah mendapat spot yang nyaman buat ngaso, gue memesan segelas kopi robusta dengan berbagai camilan seperti tahu isi, singkong rebus, kacang rebus, serta geblek yang merupakan kuliner khas Kulon Progo. Gak pake lama, sajian yang gue pesan pun datang. Mantapnya lagi, di kedai ini kita bisa nikmatin kopi dengan beberapa pilihan gula yang bisa dipilih sendiri sesuai selera kayak gula pasir, gula aren padat, dan gula aren cair yang ditambah rempah pilihan. Hmm, istimewa!

Laziiz, mantap kali~

Kopi robusta yang gue minum di kedai ini cukup kental dan memiliki rasa pahit yang lembut. Agak kaget pas gue tahu kalo kopi senikmat ini yang disajikan lengkap sama camilannya dijual dengan harga yang amat murah, cuma 12.500 rupiah aja, Bro! Sayangnya, pas pengen beli kopi bubuk kemasan khas Kedai Pak Rohmat buat persediaan di kos, gue harus kecewa karena ternyata stoknya habis.

“Kemarin baru diborong tamu dari Malaysia, Mas”. Kata Pak Rohmat dengan nada bicaranya yang ramah.

Setelah dihibur dengan balon lucu warna kuning polkadot biar gue kagak nangis kejer terus guling-guling ngusruk ke dalam lembah (ya enggaklah!). Maksudnya setelah puas menikmati sajian dan bersantai, kami pun pulang dengan tekad akan kembali suatu saat nanti, cailah. Tapi gue serius, tempat ini recommended banget buat para penggemar kopi yang butuh tempat nyantai yang asoi.

Foto Pak Rohmat dengan mantan calon boyband Taiwan gagal.

Bagi yang pengen kesini, bisa berangkat dari Tugu Jogja ke arah Godean, perempatan Ringroad tetap lurus, lampu merah setelah jembatan Progo belok kanan, perempatan lampu merah tetap lurus, di pertigaan Boro belok kiri, tinggal ikutin jalan ke arah Curug Sukoharjo, kalo udah bingung, jangan ragu pake GPS (Gunakan Penduduk Sekitar). Ingat pepatah, malu bertanya, sesat di jalan!

 Bila dirasa rutenya agak susah, gak perlu khawatir. Paling enggak, rute ini masih lebih gampang dibanding rute Bekasi ke Fakfak. Selamat mencoba.

Keep asoy dan enjoy!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar